Mahasiswa Pascasarjana MB IPB
Sampai sekarang biro jodoh yang menjalankan konsep ta’aruf sulit dijumpai, padahal peserta pencari jodoh secara syari’at Islam ini sangat banyak diminati. Konsep bisnis biro jodoh ta’aruf harus jelas, baik peraturan dan tata caranya, karena jika tidak sesuai dengan syari’ah Islam maka akan disalah gunakan oleh pria atau wanita yang hanya sekedar iseng atau berniat kejahatan. Sebagian besar biro jodoh juga tidak melibatkan kerabat atau ijin dari wali peserta untuk berpartisipasi dalam pencarian ini, padahal penilaian dari kerabat dekat dan ijin dari wali khusunya orang tua sangatlah penting dan dianjurkan oleh agama.
Proses pada biro jodoh biasanya lama dan hasilnya banyak diluar kriteria yang dikehendaki atau peserta tidak sesuai. Dari hasil survey yang hasilnya adalah tidak ada biro jodoh baik konvensional maupun online internet yang melakukan pencocokan secara otomatis dengan sistem algoritma yang baik, proses pencocokan dilakukan dengan manual dengan mencari dan membaca profile tiap anggota.
Model pencocokan biro jodoh dapat diselesaikan menggunakan sistem yang cerdas. Sistem cerdas yang digunakan adalah Sistem Penunjang Keputusan atau disingkat SPK. Dapat mengelola database yang banyak dan diolah dengan pendekatan model tertentu dapat melakukan koordinasi secara otomatis dan memberikan hasil dari yang teratas sesuai kriteria yang dikehendaki dan cocok dengan keperibadian peserta.
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode desktiptif dengan jenis penelitian pendekatan studi kasus, yang dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan informasi yang lebih rinci permasalahan dari objek yang diteliti. Selain itu, meode desktiptif digunakan untuk memperoleh gambaran informasi, penjelasan, dan kondisi yang berkaitan dengan objek penelitian secara faktual akurat dan sistematis serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan topik penelitian. Data primer diperoleh dari wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada para pakar dan pengguna layanan Biro Jodoh sebagai responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber melalui studi pustaka instansi kelembagan lainnya serta literatur internet.
Jenis data primer yang dibutuhkan terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi identitas yang menunjukkan identitas diri dan profil individu secara fisik. Sedangkan dimensi kepribadian menggambarkan perilaku dan kebiasaan individu.
Data identitas dikumpulkan melalui pengisian formulir baik secara online maupun secara dokumentasi manual. Formulir didisain untuk memudahkan peserta dalam memasukan data dan menghindari sedikit mungkin kesalahan yang akan terjadi.
Pengumpulan data kepribadian dilakukan dengan wawancara terhadap para penilai dari individu yang masuk dalam bursa jodoh. Penilai diharapkan dapat memberikan penilaian subyektif yang benar dalam menggambarkan profil kepribadian individu. Formulir penilai dengan premis negatif pula didisain semudah mungkin untuk menghindari terjadinya kesalahan.
Bagan Alir Metode Penelitian
Berikut ini adalah bagan alir yang berhubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Seleksi identitas dilakukan melalui penyaringan terhadap 1 atau lebih parameter yang berkaitan dengan identitas dari jodoh yang tersedia.
Dalam seleksi kepribadian, intervensi beberapa penilai sangat penting dalam menentukan hasil yang diharapkan. Menurut Marimin dan Nurul (2010), untuk menjaga konsistensi data, dilakukan consistency ratio (CR) terhadap 1 atau beberapa penilai peserta jodoh dan penggabungan data responden dilakukan dengan menggunakan rata-rata geometri (geometry means).
Kemudian hasil penilaian gabungan diolah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan dari gambar diatas, tahap-tahap AHP tersebut dalam kaitannya dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Penyusunan hirarki dimulai dengan menempatkan persoalan yang ingin diselesaikan berada paling atas hierarki. Persoalan dalam hal ini adalah pemilihan pasangan. Kemudian hierarki kedua adalah faktor-faktor kriteria individu yang mempengaruhi penilaian pemilihan pasangan. Hierarki ketiga adalah actor-aktor yang terlibat didalam pemilihan pasangan. Kemudian hierarki keempat adalah alternative-alternatif target. Gambar hierarkinya adalah sebagai berikut:
Berdasarkan gambar diatas, elemen-elemen yang terisi pada kotak hierarki hanya sebagai contoh. Hal ini disebabkan data untuk mengisi elemen-elemen tersebut didapatkan setelah melakukan survey, wawancara, dan beberapa hasil pengolahan penelitian. Untuk faktor, aktor, dan tujuan diperoleh dari hasil wawancara dan studi literatur.
- Penyusunan matriks pendapat individu. Hal ini dilakukan untuk pembobotan kriteria-kriteria berdasarkan pendapat individu. Pembobotan dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Skala yang digunakan mulai dari angka 1 sampai 9, sesuai prinsip dalam metode AHP.
- Penyusunan matriks gabungan. Matriks pendapat-pendapat individu diolah secara bersama-sama, sehingga didapatkan hasil penggabungan pendapat. Selanjutnya adalah pengolahan vertical dan menentukan vector prioritas system. Dalam analisis AHPini, akan dibantu dengan penggunaan program software Criterium Decision Plus (CDP).
Konfigurasi Model Sistem Pendukung Keputusan
Model SPKC merupakan model adaptasi dari metode AHP. Model ini menggambarkan pencapaian tujuan yaitu untuk mendapatkan individu/ jodoh berkualitas yang sesuai dengan harapan pencari jodoh. Pencari jodoh memberikan kriteria identitas dan kepribadian kepada Biro Jodoh Taaruf untuk kemudian diproses menggunakan model tersebut.
Pada model ini, alternatif individu yang tersedia dalam partisipasi sistem yaitu mulai dari satu sampai ke n (n = adalah bilangan bulat). Alternatif merupakan sampling dari hasil seleksi identitas dari populasi data yang tersedia.
No comments:
Post a Comment